
Manado, BeritaManado.com – Panitia Festival Tuna Sulawesi Utara (Sulut) menggelar live show pembuatan sashimi saat penutupan Likupang North Sulawesi International Fishing Competition (LNSIFC), Sabtu (17/9/2022).
Dikatakan Executive Chef Sentra Medika Hospital International, Minahasa Utara, Jeanli wangke, lewat momen ini panitia ingin mengedukasi masyarakat akan pentingnya Food Safety (keamanan makanan).
“Sashimi kelihatan sangat sederhana, namun rentan terkontaminasi bakteri. Banyak masyarakat yang buat sashimi, tapi tak paham hal ini. Sebab itu food safety penting untuk diedukasikan ke masyarakat, apalagi saat ini momen untuk mengangkat pariwisata,” pungkas Jeanli Wangke yang juga menjabat Ketua Badan Pengurus Daerah Indonesian Chef Association.
Adapun food safety sering diartikan sebagai suatu ilmu yang melakukan kajian dan bahasan mengenai persiapan, penanganan, hingga penyimpanan makanan atau minuman agar tidak terkontaminasi oleh bahan yang tidak diinginkan masuk ke dalam produk tersebut, baik bahan kimia, bahan fisik atau bahan biologis.
Akibat tidak pahamnya akan hal tersebut, menurutnya, kerap kali menyebabkan terjadi keracunan yang sering disepelekan, padahal sakit perut akibat keracunan bisa melumpuhkan beberapa organ tubuh.
Dirinya berharap melalui Festival Tuna Sulut, khususnya live show pembuatan sashimi yang sudah dilakukan dapat menyadarkan masyarakat bahwa kebersihan merupakan faktor penting dalam memproses ikan untuk menjadi makanan yang aman dikonsumsi.
Sebab bicara tentang sashimi, menurutnya, sebagian besar masyarakat hanya tahu bahwa ikan akan dimakan saat masih mentah.
“Bisa kita lihat bagaimana proses pengolahan ikan, yakni mulai pemilihan ikan, persiapan, fileting atau pengirisan ikan, menentukan bagian yang di pakai karena ada bagian ikan yang tidak untuk dimakan mentah, begitu juga dengan saus harus diperhatikan cara memadukannya. Intinya semua memperhatikan tingkat kebersihan atau sanitizing,” katanya.
Dijelaskannya, walau hampir semua ikan memang bisa dijadikan sashimi atau sushi, namun mengingat ini barang mentah maka harus diolah dengan baik, seperti saat live show dimana para koki dilengkapi dengan sarung tangan dan perlengkapan pengering seperti kertas tisu dan alkohol.
“Harus diingat, penggunaan air bersih hanya saat ikan masih utuh, ketika sudah difilet atau diiris harus sudah kering dan tidak boleh basah. Sementara penggunaan alkohol dan kertas tisu dimaksudkan untuk mengeringkan permukaan, baik cuting board (talenan,red) atau pisaunya,” pesannya, sambil mengingatkan agar jangan menggunakan pisau yang berkarat.

Di lain pihak, Teddy dari Ikatan Pengusaha Perikanan mengatakan bahwa ikan tuna sendiri punya karakteristik, yakni tidak boleh diolah di atas suhu 4 derajat.
“Makanya dalam pemecahan rekor kali ini, kita menyiapkan boks isolasi yang diisi es untuk menjaga suhu ikan dan harus selalu dimonitor,” kata Teddy.
Adapun Festival Tuna Sulut terlaksana berkat kerja sama Dinas Koperasi dan Kadin Sulut, Megamas, dan Ikatan Pengusaha Perikanan dalam rangka memperingati HUT ke-58 Provinsi Sulawesi Utara dan akan dilaksanakan hingga 25 September 2022.
Rekor Muri Makan Sashimi Terberat dan Terbanyak, yakni untuk terberat adalah 500 kg dan terbanyak sekitar 2.500 orang, berhasil dipecahkan oleh Panitia Festival Tuna Sulut 2022 ini.
Sementara itu, dalam pemecahan rekor MURI ini, selain 504 kg ikan yang disiapkan dalam bentuk paket, 152 kg ikan juga disiapkan saat live show pembuatan sashimi.
(jenlywenur)