JAKARTA – Konsep yang dibuat Ni Putu Mas Swandewi untuk perangi sampah makanan dengan menggunakan artificial intelligence (AI), menjadi salah satu yang terbaik dalam ajang Food Waste to Finish (FWTF) Summer School Program yang berlangsung di Bali 14-27 Agustus 2022 lalu.
Diberi nama “Ibu Foodies”, konsep yang diusung mahasiswi dari Program Studi Software Engineering, Universitas Prasetiya Mulya itu dibuat sebagai alat bantu pencegahan sampah makanan di tingkat rumah tangga.
Bentuknya adalah aplikasi yang di dalamnya terdapat teknologi artificial intelligence untuk memindai aneka jenis sayur yang dibeli ibu-ibu rumah tangga. Nantinya, aplikasi ini dapat menentukan usia sayur, sehingga pengguna tidak akan membiarkan bahan makanannya membusuk dan menjadi sampah.
Pada acara FWTF, konsep tersebut kemudian dikembangkan menjadi lebih luas. Di sana, bersama anggota tim dari universitas lain, Ibu Foodies berkembang menjadi sebuah platform edukasi sosial.
Semangatnya masih sama, yakni mencegah timbulnya sampah makanan. Namun lewat platform yang dibuat, Swan merancang program edukasi bagi para ibu-ibu untuk mengenal lebih jauh bahan makanan yang biasa mereka beli.
Platform edukasi tersebut kemudian diberi nama “Turn That Veggie Waste Into Delicious Taste”. Di mana fokus utama edukasinya adalah untuk memanfaatkan sisa sayuran yang biasa terbuang untuk diolah kembali jadi makanan yang tak kalah lezat dan bernutrisi, atau ditanam kembali sehingga dapat tumbuh dan menghasilkan.
Secara spesifik, segmen ibu-ibu dipilih karena dianggap memiliki kekuatan untuk jadi agen perubahan, khususnya jika menyasar food waste dalam skala rumah tangga.
“Kami berharap, jika semakin banyak ibu-ibu yang mendapat edukasi soal manajemen sampah makanan ini, maka perubahan besar yang kita harapkan bisa tercapai,” kata Swan, sapaannya.
Untuk tahap awal, program edukasi yang dijalankan Swan dan kawan-kawan menggandeng Komunitas Ibu Pembelajar Indonesia yang telah memiliki ribuan anggota di berbagai daerah. Terlebih anggota komunitas ini terbilang cukup melek teknologi dan memiliki keinginan belajar yang cukup tinggi.
Lewat komunitas Ibu Pembelajar Indonesia, Swan berharap pemahaman soal manajemen sampah makanan bisa berkembang dan menyebar luas ke lebih banyak komunitas dan Ibu-ibu lainnya di Indonesia.
Untuk itu, Swan dan kawan-kawan juga sudah merancang purwarupa situs Internet yang di dalamnya berisi aneka informasi, edukasi, serta resep-resep makanan dari bahan-bahan pangan yang selama ini kerap terbuang, seperti misalnya kulit pisang.
Konsorsium In2Food
Lahirnya ide Swandewi untuk memerangi sampah makanan menggunakan teknologi dalam ajang tersebut tak lepas dari keberadaan konsorsium In2Food. Konsorsium In2Food merupakan proyek kolaborasi antardisiplin ilmu dari sejumlah kampus yang didanai oleh Erasmus+ CBHE Program Uni Eropa sejak 2021.
Sejak tahun lalu, konsorsium tersebut telah menggelar berbagai seminar dan penelitian terkait masalah sampah makanan. Termasuk Food Waste to Finish (FWTF) tahun ini yang meliputi kegiatan International Student Conference, International Summer School, di mana mahasiswa mendapatkan beasiswa penuh dari Erasmus+ CBHE Program Uni Eropa.
Pada tahun ini, konsorsium In2Food terdiri dari beberapa universitas dalam negeri dan juga luar negeri. Mulai Universitas Prasetiya Mulya, Universitas Katolik Parahyangan, Binus University, Universitas Pembangunan Jaya, Universitas Ma Chung, Ghent University (Belgia), Tampere University (Finlandia), dan Hotelschool The Hague (Belanda).